Minggu, 19 Desember 2010 | |

Tahun Baru Hijriyah, Perspektif Astronomi


Tahun Baru Hijriyah
Tahun Baru Hijriyah
Hari ini, Senin 06 Desember 2010 bertepatan dengan tanggal 29 Dzul-Hijjah 1431 H. Sore ini Hilal bisa dipastikan terlihat di seluruh penjuru Indonesia dan seantero jagat, karena ketinggian sudah di atas limit Danjon. Sehingga bisa dipastikan pula bahwa besok adalah masuk tanggal 1 bulan Muharram 1432 H. Besok adalah tanggal 1 bulan 1 tahun 1432 H. Besok adalah tahun baru Hijriyah 1432. Semoga memberikan kemudahan dan kebahagiaan bagi segenap ummat Islam. Amien
Tahun dalam sistem kalender Hijriyah diawali dengan bulan Muharram atauboso jowonya Suro. Kenapa SURO, karena di dalam bulan Muharram terdapat satu tanggal yakni 10 Muharram yang disunnahkan untuk berpuasa ASURO=ASYUROO. Sehingga suro diambil dari kata Asyuro (=10).
1. Ta’rif Muharram
Memasuki tahun baru Islam 1 Muharrom 1432 H, dari sinilah pergiliran waktu dimulai setiap tahunnya sebagai kebanggaan milik ummat Islam. Sementara ini kita mungkin lebih mengenal tahun masehi atau bulan-bulan miladiyah di dalamnya (Januari – Desember ) dari pada tahun hijriyah atau bulan-bulan qomariyah di dalamnya (Muharrom-Dzulhijjah). Seyogyanya setiap orang bangga dengan miliknya sendiri, bukan dengan milik orang lain. Penanggalan hijriyah ini merupakan satu di antara sekian banyak khazanah ummat Islam yang ditinggalkan pemeluknya sendiri.
Tanya: “Sekarang tanggal berapa..?” (dalam hati saya bermaksud Hijriyah)
Jawab: “6″ (maksudnya 06 Des 2010)
—> Sangat langka menjawab “29″ (maksudnya 29 Dzul-Hijjah 1431)
Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah 12 bulan dalam ketetapan (Kitab) Allah, sejak hari Dia menciptakan langit dan bumi. Di antaranya terdapat empat bulan haram…” (Q.S. At Taubah : 36)
Dua belas bulan tersebut adalah:
  1. Muharrom
  2. Shafar
  3. Robi’ul Awwal
  4. Robi’ul Akhir
  5. Jumadal ‘Ula
  6. Jumadal Akhiroh
  7. Rajab
  8. Sya’ban
  9. Romadlon
  10. Syawwal
  11. Dzul-Qa’dah
  12. Dzul-Hijjah
MUHARRAM adalah bulan pertama dalam Sistem Kalender Islam (Hijriah). Secara bahasa, Muharram berarti ‘diharamkan’ atau ‘dilarang’, yaitu Allah SWT melarang melakukan peperangan atau pertumpahan darah di empat bulan haram.
Di dalam kitab tafsir Ath-Thabari disebutkan bahwa bulan haram yang dimaksud di dalam ayat itu adalah Dzul-Qa’’dah, Dzul-Hijjah, Muharram dan Rajab.
Keempat bulan itu sangat diagungkan oleh bangsa Arab, jauh sebelum datangnya nabi Muhammad SAW. Bahkan mereka mengharamkan diri mereka sendiri untuk berperang di bulan-bulan itu, sebagai bentuk penghormatan mereka.
Bukan hanya haram berperang, bahkan bila seseorang bertemu dengan pembunuh ayahnya di bulan itu, dia tidak akan memusuhinya atau membalasnya. Saking mulianya keempat bulan itu tentunya.
Keyakinan seperti ini sebenarnya sudah ada jauh sebelum Al-Quran diturunkan, namun kemudian dikuatkan dalam masa risalah sebagai bagian dari syariat Islam juga. Namun larangan ini berakhir setalah Fathu Makkah.
2. Sejarah Kalender Hijriyah
Penentuan kapan dimulainya tahun 1 Hijriah dilakukan 6 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad. Namun demikian, sistem yang mendasari Kalender Hijriah telah ada sejak zaman pra-Islam, dan sistem ini direvisi pada tahun ke-9 periode Madinah.
Sebelum datangnya Islam, di tanah Arab juga telah dikenal sistem kalender berbasis campuran antara Bulan (komariyah) maupun Matahari (syamsiyah). Peredaran bulan digunakan, dan untuk mensinkronkan dengan musim dilakukan penambahan jumlah hari (interkalasi).
Pada waktu itu, belum dikenal penomoran tahun. Sebuah tahun dikenal dengan nama peristiwa yang cukup penting di tahun tersebut. Misalnya, tahun dimana Muhammad lahir, dikenal dengan sebutan “Tahun Gajah”, karena pada waktu itu, terjadi penyerbuan Ka’bah di Mekkah oleh pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah, Gubernur Yaman (salah satu provinsi Kerajaan Aksum, kini termasuk wilayah Ethiopia).
Pada era kenabian Muhammad SAW, sistem penanggalan pra-Islam digunakan. Pada tahun ke-9 setelah Hijrah, turun ayat 36-37 Surat At-Taubah, yang melarang menambahkan hari (interkalasi) pada sistem penanggalan.
3. Penentuan Tahun 1 Kalender Islam
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, diusulkan kapan dimulainya Tahun 1 Kalender Islam. Ada yang mengusulkan adalah tahun kelahiran Muhammad SAW sebagai awal patokan penanggalan Islam. Ada yang mengusulkan pula awal patokan penanggalan Islam adalah tahun wafatnya Nabi Muhammad SAW.
Akhirnya, pada tahun 638 M (17 H), khalifah Umar bin Khatab menetapkan awal patokan penanggalan Islam adalah tahun dimana hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Penentuan awal patokan ini dilakukan setelah menghilangkan seluruh bulan-bulan tambahan (interkalasi) dalam periode 9 tahun. Berdasar salah satu pendapat, tanggal 1 Muharram Tahun 1 Hijriah bertepatan dengan tanggal 16 Juli 622, dan tanggal ini bukan berarti tanggal hijrahnya Nabi Muhammad. Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad terjadi bulan September 622. Dokumen tertua yang menggunakan sistem Kalender Hijriah adalah Papirus di Mesir pada tahun 22 H.
4. Mukjizat 1-1-1 H
Berbicara tanggal 1 bulan 1 tahun 1 hijriyah, tidak mungkin lepas dari salah satu peristiwa paling bersejarah dalam Islam, yakni Hijrah Rasulullah SAW dari Mekah menuju ke Yatsrib (Madinah). Berkaitan dengan hijrah ini Rasulullah Muhammad SAW bersabda:
عن أمير المؤمنين أبي حفص عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول ” إنما الأعمال بالنيات , وإنما لكل امرئ ما نوى , فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله , ومن كانت هجرته إلى دنيا يصيبها و امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر إليه ” متفق عليه
Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”. (Muttafaq ‘alaih)
Rasulullah SAW dan para sahabat diperintahkan Allah SWT untuk berhijrah. Motivasi utama mereka adalah guna meraih ridlo Ilahi. Menjelang hijrah, kondisi kaum muslim berada pada posisi yang sangat lemah dan teraniaya. Namun, keyakinan mereka akan datangnya kemenangan dan pertolongan Allah tidak pernah sirna. Hal ini disebabkan oleh tebalnya iman mereka kepada Allah SWT. Hal ini karena pokok pertama yang diajarkan Rasulullah SAW jauh sebelum hijrah adalah prinsip keimanan. Bukan saja karena iman kepada Allah merupakan ajaran, tetapi juga karena iman membentengi manusia serta mengantarkan kepada optimisme.
Muhammad Rasyid Ridlo dalam Tafsir Al-Manar menulis, ” Iman membangkitkan sinar dalam akal, sehingga merupakan petunjuk jalan ketika berjumpa dengan kegelapan dan keraguan. Dengan iman, seseorang akan muda mengatasi batu penghalang yang dapat menjatuhkan ke jurang kebinasaan. Iman menumbuhkan dalam diri manusia suatu pusat penelitian atas tiap detak-detak hati yang terlintas dan setiap pandangan yang terbentang.
Dengan iman seseorang dapat melihat tembus sesuatu yang tersirat dalam kulit yang tersurat. Hijrah Rasulullah SAW telah berlalu 15 abad silam, namun dari hijrah dan celah-celah peristiwanya, banyak sekali pelajaran yang dapat dipetik.
Berikut beberapa di antaranya:
1. Pengorbanan. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa untuk mencapai suatu usaha besar dibutuhkan pengorbanan maksimal dari setiap orang. Rasul sendiri berhijrah dengan segala daya yang dimilikinya, tenaganya, pikiran dan materi, bahkan jiwa dan raga beliau. Ketika akan berhijrah Rasulullah pernah mengajak Abu Bakar, dan kala itu Abu Bakar membeli dua onta satu buat Rasul. Tetapi Rasul tidak mau menerima, dan maunya membeli. Ini wujud pengorbanan yang dicontohkan Rasulullah SAW.
2. Makna hidup. Rasulullah SAW berangkat hijrah seraya memesan kepada Ali bin Abi Thalib untuk menggantikan beliau tidur di tempat tidur Rasul. Menggantikan Rasul yang sedang hijrah, berarti menggantikan siap mati. Bersedia menggantikan tidur Rasul adalah siap mepertaruhkan jiwa dan raga demi membela agama Allah.
3. Tawakkal dan Usaha. Ketika Rasul dikejar dan akhirnya sembunyi di gua Tsur, Abu Bakar sangat khawatir dan gentar. Namun Rasulullah SAW menenangkan dengan mengatakan, “Jangan kuatir dan jangan sedih, sesungguhnya Allah beserta kita”.
4. Fenomena – ‘Mukjizat’ 1 Muharram 1 Hijriyah (1-1-1).
Peristiwa Hijrah ini akhirnya ditetapkan Umar bin Khattab (581 – November 644) sebagai awal atau hari pertama dalam kalender Islam yang akhirnya disebut sebagai Kalender Hijriyah.Umar bin Khattab (bahasa Arab: عمر بن الخطاب) adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad yang juga menjadi khalifah kedua (634-644) dari empat Khalifah Ar-Rasyidin.
Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam. Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.
‘Mukjizat’ 1-1-1 H secara visual (Perspektif Astronomi)  selengkapnya di ‘Mukjizat’ 1-1-1-:
Semoga tahun 1431 H, membawa barokah, dan tahun 1432 H, memberikan maslahah…amien 19x
Ahlan 1432 H…
Ma’assalaamah 1431 H…

Sumber: Pak AR 

0 komentar:

Posting Komentar