Rabu, 02 Maret 2011 | |

Rahasia Crop Circle


Crop Circle di Sekolah
Crop Circle di Sekolah
Crop Circle atau bahasa kita “Lingkaran Tanaman”-karena memang selalu ada di tengah2 tanaman (padi dan gandum), atau istilah pak Ma’rufin Pola Lingkaran Anomalik (PLA), atau istilah media “Jejak UFO”, atau istilah2 lain yg saya ndak hafal: ternyata menjadi buah bibir yang eeehm…
1. Crop Circle Paling “Rumit”:
Gambar di bawah adalah pola paling arstiktik, atau kalau ini adalah ‘jejak UFO”, maka ini merupakan jejak paling ‘rumit’ untuk dikaji.
Sudah tak terhitung Pesawat yang meninggalkan jejaknya di area ini. Bahkan tragedi nasional juga pernah terjadi di area ini, musibah Pesawat Lion Air pada 30 November 2004.
Menteri Perhubungan menyetakan, ini ‘Crop Circle’ paling arstitik di Dunia. Sehingga Presiden SBY yg langsung meresmikan penggunaanya.
Selengkapnya, silahkan klik gambar di bawah:
Crop Circle paling Artstiktik di Solo
Crop Circle paling Artstiktik di Solo
2. Riwayat Crop Circle:
Selama lebih dari 15 abad Crop Circle (lingkaran tanaman) misterius telah disebutkan dalam teks akademik dan agama. Pada 1890-an petani dan personil militer menyaksikan mereka ‘diciptakan’ dalam hitungan detik dengan tabung dari luminositas cahaya dan lainnya.
Tapi sekitar tahun 1980 fenomena tersebut masuk ke overdrive dan meledak di seluruh dunia, dengan 10, 000 laporan yang tersebar di 29 negara. Sebuah kontroversi besar muncul diikuti dengan kampanye membongkar pra-desain melalui media. Tapi 80 saksi mata jelas menceritakan cerita lain-dimana ada fenomena asli di tempat kerja.
Rahasia CC
Buku karya Freddy Silva adalah kisah paling komprehensif tentang misteri yang pernah diterbitkan, sebagian besar dari pribadi dan pengalaman. Ditulis melalui pengorbanan pribadi yang besar, Silva membawakan Anda sejarah lengkap dari fenomena itu, anomali yang menentang batas-batas ilmu pengetahuan, dan upaya untuk mendiskreditkan info resmi dan memanipulasi opini publik.
Digambarkan dengan lebih dari 400 gambar dan diagram, ia menggali bukti-bukti keras dan menjelaskan bagaimana desain dapat dibuat oleh suara, plasma dan manipulasi medan magnet lokal. Dia kuak geometri suci mereka, makna mereka, pesan tersembunyi, hubungan dengan simbol kuno, dan bagaimana mereka penuh semangat dihubungkan dengan situs suci kuno seperti Stonehenge dan piramida Giza.
Dia datangi langsung sumber CC-lingkaran tanaman termasuk foto dari pembuat-Circle-dan menemukan bagaimana mesin terbang yang terkait dengan siklus perubahan iklim di bumi, dan bagaimana mereka bekerja penuh semangat untuk mempengaruhi arah masa depan kesadaran manusia.
Pesan dalam pekerjaan komprehensif dan kritis-diakui akan mengejutkan  Anda. CC-lingkaran tanaman adalah panduan untuk kita :
Dari mana kita berasal dan kemana kita menuju
3. Crop Circle Negeri Sulaiman:
by: Ma’rufin
Yogyakarta baru saja disinggahi makhluk asing. Demikian yang kabar yang beredar setelah munculnya pola lingkaran anomalik (PLA) yang tercetak di lahan persawahan Dusun Jogomangsar, Jogotirto, Berbah (Sleman). PLA, yang dikenal pula sebagaicrop circle mengingat fenomena ini sering ditemukan di ladang pertanian gandum, jagung dan lobak di mancanegara, memiliki garis tengah 70 meter dan diindikasikan muncul pada Minggu 23 Januari 2010. Urban legend mengaitkan PLA  dengan kreasi makhluk asing ekstraterestrial berintelegensia tinggi yang datang ke Bumi mengendarai benda terbang asing atau Unidentified Flying Objects (UFO). Lebih spesifik lagi, PLA disebut sebagai bekas jejak pendaratan UFO.
Pola lingkaran anomalik Jogotirto, Berbah, Sleman (DIY).
Kontan PLA Jogotirto menggemparkan Yogyakarta. Beragam tafsiran pun muncul, mulai yang menganggap sebagai pertanda baik, pesan dari langit akan bencana baru yang akan datang hingga yang mengaitkannya dengan lingkaran cahaya pelangi mengelilingi Matahari yang muncul di atas Yogyakarta tiga minggu sebelumnya. Apalagi tak lama kemudian banjir lahar hujan kembali menggerus badan jalan raya Yogyakarta-Magelang di km 23, yang membuat arus transportasi darat nyaris terputus total.
PLA Jogotirto menempatkan Indonesia sebagai satu dari 27 negara di dunia yang tercatat mengalami fenomena sejenis. PLA secara global mulai muncul sejak tiga dekade silam dan semenjak itu telah lebih dari 10.000 PLA teridentifikasi dengan 90 % diantaranya muncul di Inggris selatan, tepatnya di dekat situs Stonehenge. Realitas ini memantik sebagian orang, khususnya ufologis dan supranaturalis, berpendapat PLA memang pesan dari langit, dari peradaban makhluk asing yang di masa silam telah memicu nenek moyang kita membangun situs arkeologis seperti Stonehenge. Sejumlah supranaturalis bahkan menyebut banyak PLA berada di lokasi garis ley, yakni sejenis node pada garis-garis gaya magnetik Bumi. Situs-situs arkeologi seperti Stonehenge maupun percandian di Indonesia, diklaim dibangun di lokasi garis ley sehingga munculnya PLA didekatnya adalah wajar. Bagi PLA Jogotirto, meski tidak ada situs arkeologi spesifik didekatnya, namun dalam konteks regional lokasi ini dijepit oleh dua situs percandian besar: Prambanan dan Borobudur.
Sayangnya, ilmu pengetahuan dalam hal ini astronomi tidak menemukan tanda-tanda PLA sebagai jejak peradaban asing ekstraterestrial. Ketika PLA diklaim sebagai bekas pendaratan UFO, maka secanggih apapun teknologi UFO semestinya tidak hanya PLA yang muncul sebagai hasil emisi gas buang sistem propulsinya. Relativitas umum menggarisbawahi hukum-hukum fisika berlaku secara universal, baik bagi peradaban manusia di Bumi maupun peradaban asing ekstraterestrial yang mungkin eksis. Maka bila sistem propulsi UFO menggunakan propelan antimateri seperti diklaim beberapa pihak, sebagai konsekuensinya seharusnya ada jejak peracunan radiasi sinar X dan sinar gamma pada tumbuhan di sekitar PLA mengingat kedua radiasi itu adalah produk langsung dari propelan antimateri. Pancaran sinar X dan sinar gamma saat UFO dalam tahap lepas landas pun seharusnya menciptakan banjir pasangan ion-elektron dalam lintasannya di atmosfer, yang kemudian menginisiasi kondensasi membentuk awan unik yang dikenal sebagai awan Wilson. Atas dasar demikian astronom legendaris Carl Sagan dalam bukunya The Demon-Haunted World: Science as a Candle in The Dark (1997) menyimpulkan tidak ada hubungan empirik antara UFO dengan PLA.
Jika PLA bukan jejak peradaban asing ekstraterestrial, lantas apa penyebabnya? Beberapa hipotesis sempat muncul, misalnya cuaca, gangguan magnetik maupun aktivitas fauna. Fenomena meteorologis seperti tornado atau puting beliung pernah dianggap menghasilkan PLA. Namun hipotesis itu bertabrakan dengan realitas bahwa pola kerusakan tornado cenderung membentuk garis linier tak beraturan sesuai lintasannya sebelum menghilang, berbeda dengan PLA. Sementara puting beliung, yang menyerupai tornado namun dalam skala dan selang waktu jauh lebih kecil, seyogyanya meninggalkan jejak berpilin (vortex). Sebelum PLA Jogotirto muncul dilaporkan ada puting beliung di sini, namun dengan pola tegakan dan rebahan tanaman padi di lokasi PLA yang kontras, sulit menyebut PLA Jogotirto sebagai produk puting beliung. Apalagi bentuk PLA Jogotirto cukup kompleks, bukan sekedar lingkaran vortex.
Salah satu pusat lingkaran dalam PLA Jogotirto. Perhatikan kontras antara tanaman yang rebah dan yang tegak disampingnya. Pola semacam ini mustahil disebabkan oleh emisi gas buang, angin puting beliung maupun gangguan magnetik lokal.
Kompleksnya PLA Jogotirto juga membuat gangguan magnetik sulit menjelaskannya meskipun di atas PLA ini membentang saluran tegangan ekstratinggi. Gangguan magnetik Bumi juga harus dikesampingkan mengingat di hari-hari tersebut tidak ada peristiwa badai Matahari yang melepaskan massa koronal substansial. Dan selama ini secara temporal kejadian PLA tidak simultan dengan badai Matahari. Sementara aktivitas fauna, sejauh ini hanyalah satu kasus khusus saja yang terdeteksi yakni di Tasmania (Australia). Di tahun 2009 jaksa agung Tasmania Lara Giddings menyatakan wallabi Australia mampu membuat PLA sederhana di ladang ganja. Rupanya kandungan opium membuat wallabi teler dan lantas berlari terus-menerus dalam lintasan lingkaran. Padahal Jogotirto bukanlah ladang ganja.
Satu-satunya alternatif penyebab PLA yang mungkin hanyalah aktivitas manusia. Dan ini sudah terjawab sejak 1991 lewat testimoni Doug Bower dan Cave Chorley bahwa mereka berdualah yang mulai membuat PLA di Inggris selatan pada tahun 1978 dengan motif iseng. Tindakannya memicu ‘demam’ baru yang lantas diikuti banyak orang, termasuk Matt Ridley yang ‘mengekspornya’ ke Inggis utara pada tahun 1991 berdasarkan testimoninya di majalah Scientific American Agustus 2002. Belakangan malah terbentuk tim profesional kreator PLA baik dengan motif iseng, seni kontemporer, iklan maupun bisnis dan dengan bentuk PLA yang kian kompleks.
Contoh PLA kontemporer dan kompleks di Diessenhofen (Jerman), dibuat pada Juli 2008. Sumber : wikipedia
Namun sekompleks apapun bentuknya dan motif yang mendasarinya, langkah pembuatan PLA ternyata sangat sederhana. Setelah pola PLA digambar, sebuah tongkat ditancapkan di bakal pusat lingkaran. Seutas tali diikatkan padanya dengan ujung satunya diikatkan pada papan untuk merubuhkan tanaman.  Ketika si kreator mulai berjalan perlahan merubuhkan tanaman, tali secara otomatis menjaga lintasannya tetap berbentuk lingkaran. Kreator lainnya memanfaatkan mesin pemotong rumput sehingga waktu pengerjaannya lebih cepat dan hasilnya pun lebih rapi. Pola PLA yang lebih kompleks diperoleh dengan membuat lingkaran-lingkaran baru yang tumpang tindih dengan lingkaran awal, untuk kemudian meratakan tanaman di bagian-bagian tertentu. PLA Jogotirto, bila dicermati sebenarnya juga merupakan beberapa lingkaran yang saling berpotongan. Dengan cara demikian sebuah PLA terbentuk, yang dalam demonstrasi Bower dan Chorley bahkan bisa diselesaikan oleh dua orang hanya dalam waktu satu jam.
Contoh PLA kompleks berupa dobel triskelion yang tersusun dari 490 lingkaran, dibuat di Milk Hill (Inggris) tahun 2001. Sumber: Wikipedia
Teknik pembuatan PLA merupakan reproduksi teknik pembuatan garis-garis Nazca yang dikembangkan peradaban peradaban Nazca di Peru (Amerika Selatan) sejak 1.600 tahun silam. Hanya saja garis-garis Nazca dibuat di atas lahan kering berbatu pasir dengan motif ritual, sebagai prosesi kepada dewa-dewi Nazca guna menjamin stabilitas pasokan air. Setelah lahan kering tersebut digaris, lapisan tanah teratas disingkirkan ke samping membentuk tanggul mini yang dibatasi batu-batu penanda. Garis-garis Nazca pun pernah dianggap sebagai landasan pendaratan UFO, misalnya oleh ufologis Erich von Daniken. Namun adanya altar tanah di ujung garis dengan sisa-sisa sayuran, hewan, manusia yang dikorbankan dan kerang langka dari genus Spondylus (hanya ada di Peru ketika El Nino terjadi) yang berfungsi sebagai uang dengan tegas menunjukkan garis-garis itu merupakan arena ritual guna memohon air yang melimpah di tengah lingkungan nan tandus.
PLA tak pelak menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian, baik karena pembuatannya maupun publik yang datang berbondong-bondong menyaksikannya hingga tanaman disekitarnya terinjak-injak. Di tahun 1992 Gabor Takacs dan Robert Dallos, keduanya siswa SMA pertanian St. Stephen Agricultural Technicum di Hungaria, harus berhadapan dengan hukum ketika mereka membuat PLA bergaris tengah 36 meter di ladang gandum milik perusahaan Aranykalasz di dekat Budapest. Aranykalasz menuntut ganti rugi US $ 3.000 atas kerusakan yang terjadi, namun hakim memutuskan kedua remaja 17 tahun itu hanya bertanggungjawab atas kerugian US $ 30 saja mengingat 99 % kerusakan tanaman disebabkan oleh pengunjung yang berbondong-bondong. Dalam konteks ini upaya aparat kepolisian dan warga yang langsung mengamankan lokasi PLA Jogotirto patut diapresiasi sehingga lahan persawahan seluas 7 hektar milik Pak Ngadirin dkk terhindar dari kerusakan selanjutnya.
Sehingga, PLA Jogotirto yang diklaim sebagai jejak UFO sebenarnya hanyalah hasil kreativitas manusia belaka. Siapa kreatornya dan apa motifnya? Biarlah pihak berwenang yang menyelidiki. Bisa jadi si kreator hanyalah iseng dan mencoba menawarkan satu hiburan tersendiri bagi masyarakat, setelah dicekam  bencana letusan Gunung Merapi, problem keistimewaan, kasus Gayus dan skandal Century yang tak berujung. Bisa juga si kreator malah tertawa atas kecenderungan kita yang suka othak-athik gathuk antara fenomena alam (yang sebenarnya bisa dijelaskan ilmu pengetahuan) dengan beragam peristiwa.
Catatan : istilah PLA hanya usulan sy (pak Ma’rufin) untuk menggantikan kata crop circle
4. Crop Circle Islam:
Kaligrafi  Utsmaniyah abad ke-18 ini, bertuliskan frasa “Ali Khalifatullah” dalam tulisan cermin dua arah. Sumber: wikipedia
Kaligrafi Islam, atau kaligrafi Arab, merupakan suatu seni artistik tulisan tangan, atau kaligrafi, serta meliputi hal penjilidan, yang berkembang di negera-negera yang umumnya memiliki warisan budaya Islam. Bentuk seni ini berdasarkan pada tulisan Arab, yang dalam waktu lama pernah digunakan oleh banyak umat Islam untuk menulis dalam bahasa masing-masing.
Kaligrafi adalah seni yang dihormati di antara berbagai seni rupa Islam, karena merupakan alat utama untuk melestarikan Al-Qur’an. Penolakan penggambaran figuratif karena dapat mengarah pada penyembahan berhala, menyebabkan kaligrafi dan penggambaran abstrak menjadi bentuk utama ekspresi seni dalam berbagai budaya Islam, khususnya dalam konteks keagamaan. Sebagai contoh, kaligrafi nama Tuhan diperkenankan sementara penggambaran figuratif Tuhan tidak diizinkan. Karya kaligrafi banyak dijadikan koleksi dan adalah hasil seni yang dihargai.
Kaligrafi Arab, Persia dan Turki Utsmaniyah memiliki hubungan dengan motif arabesque abstrak yang terdapat di dinding-dinding dan langit-langit masjid maupun di halaman buku. Para seniman kontemporer di dunia Islam menggali warisan kaligrafi mereka dan menggunakan tulisan kaligrafi atau abstraksi dalam berbagai karya seni mereka.
Laa Ilaaha illa Alloh
Kaligrafi Circle

5. Crop Circle versi Qur’an:
Kyai-Matematik- Haji Fahmi Basya akhirnya melepas satu risalah terbaru, yakni visualisasi Crop Circle versi Al-Qur’an. Dan berikut simulasinya…klik to download/view

0 komentar:

Posting Komentar